Hujan rintik-rintik sore ini beralun klasik, mengingat masa di mana sapi mengemuh, kambing mengembik, kuda mengikik, dan kita bersama terseok-seok dalam hati yg tercabik. Di dekapan mimpi yg terusik.
Hujan rintik-rintik sore ini bersamaan Adzan Maghrib, mengingat masa di mana kita berpeluh mengutuki nasib, ketika itu orang-orang sibuk menjejali kebohongan, dengan onar di mata, nanar di wajah, dan umpatan kata hajar yg berdebar. Sayangnya kita hanya diminta banyak bersabar.
Hujan rintik-rintik sore ini kita habiskan untuk berdoa. Seketika terdengar desir suara.
“Berdoalah.. Niscayaku perkenankan”
Apakah itu suara Tuhan?
Dalam rintik..
Menunggu kereta di Statiun Kalibata.