Kuambil secarik kertas, kutulis tentangmu, tentang hidungmu yang mancung, tentang kulitmu yang putih, tentang sunpipit yang ada di pipimu, tentang indahnya kamu di mataku. Secara fisik, yaa baru sekedar secara fisik. Siapa tidak mau memiliki istri cantik. Aku tak bisa menolak.
Kemudian kutulis tentang indahnya akhlaqmu, penyayangnya kamu dengan binatang, kucing kesukaanku, yaa kita sama-sama penyayang binatang, setidaknya kucing, kita sama-sama pecinta kucing, itu benar bukan?
Setiap setelah maghrib kamu mengaji, dan mengamalkan apa yang kau pelajari “Mantaalamul Quran, Wa amaluhu” Mempelajari Al-quran dan mengajarkannya. Sebaik-baik pekerjaan, mengajarkan anak-anak tetangga, membaca iqro, Juz Amma dan doa-doa pendek, perempuanku Aku beruntung berada di hatimu, sampai saat itu tiba, ketika ijab menjadi penebus asa, kau sudah lama aku nanti. Maka, tetaplah berada di sini, bersamaku mencari RidhaNya.
Mewujudimu ternyata tak mudah, banyak mereka-mereka yang lain sebelummu yang datang silih berganti, yang kukira itu kamu, gadis berkacamata itu, gadis tetanggaku, atau teman sekolahku, sungguh aku belum mampu membedakanmu ketika itu. Ijabku di depan orang tuamu menjadi peganganku. Qobiltu Annikaha, Wajawajaha… Persih ketika itu hatiku merekah di tengah perasaan campur aduk, antara sedih dan bahagia.
Bahagia karena kamu sah menjadi istriku, dan sedih mengingat masa kecil sampai dewasa yang mana orangtua yang merawatku. Sungguh rahmat Allah begitu banyak bagiku.
Kini kita berada di fase yang baru, menjalani hidup berikutnya, berdua memadu cinta, semoga menjadi dasar ketauhidan kita semakin kuat, dan berikutnya kita dikaruniai anak yang lucu-lucu, merawat dan menjaganya bersama, hingga kita menua dan menyebar kebermanfaatan.
Menemukanmu adalah oase dalam pencarianku, cuma butuh waktu sebentar untukku memutuskan untuk menikahimu. Semua terjadi ya begitu, tak ada halang yang merintang, semua begitu sederhana sehingga semakin ku yakin, kamu adalah tulang rusukku yang hilang, penyejuk pandangan, kini kembalilah kamu di pelukan, sudah lama memang aku sendirian. Dan kini kamu dan aku menjadi kita. Semoga ini kebahagian semua, dan menjadi rahmat untuk makhluk lainnya. Bukankah manusia dilihat dari kebermanfaatannya dan semoga kita selalu begitu. Menjadi rahmat untuk semesta.
Wanita impian, di batas umur 25, semoga kau kutemui esok.