Arsip Bulanan: September 2015

Mewujudimu, perempuanku

Kuambil secarik kertas, kutulis tentangmu, tentang hidungmu yang mancung, tentang kulitmu yang putih, tentang sunpipit yang ada di pipimu, tentang indahnya kamu di mataku. Secara fisik, yaa baru sekedar secara fisik. Siapa tidak mau memiliki istri cantik. Aku tak bisa menolak.

Kemudian kutulis tentang indahnya akhlaqmu, penyayangnya kamu dengan binatang, kucing kesukaanku, yaa kita sama-sama penyayang binatang, setidaknya kucing, kita sama-sama pecinta kucing, itu benar bukan?

Setiap setelah maghrib kamu mengaji, dan mengamalkan apa yang kau pelajari “Mantaalamul Quran, Wa amaluhu” Mempelajari Al-quran dan mengajarkannya. Sebaik-baik pekerjaan, mengajarkan anak-anak tetangga, membaca iqro, Juz Amma dan doa-doa pendek, perempuanku Aku beruntung berada di hatimu, sampai saat itu tiba, ketika ijab menjadi penebus asa, kau sudah lama aku nanti. Maka, tetaplah berada di sini, bersamaku mencari RidhaNya.

Mewujudimu ternyata tak mudah, banyak mereka-mereka yang lain sebelummu yang datang silih berganti, yang kukira itu kamu, gadis berkacamata itu, gadis tetanggaku, atau teman sekolahku, sungguh aku belum mampu membedakanmu ketika itu. Ijabku di depan orang tuamu menjadi peganganku. Qobiltu Annikaha, Wajawajaha… Persih ketika itu hatiku merekah di tengah perasaan campur aduk, antara sedih dan bahagia.

Bahagia karena kamu sah menjadi istriku, dan sedih mengingat masa kecil sampai dewasa yang mana orangtua yang merawatku. Sungguh rahmat Allah begitu banyak bagiku.

Kini kita berada di fase yang baru, menjalani hidup berikutnya, berdua memadu cinta, semoga menjadi dasar ketauhidan kita semakin kuat, dan berikutnya kita dikaruniai anak yang lucu-lucu, merawat dan menjaganya bersama, hingga kita menua dan menyebar kebermanfaatan.

Menemukanmu adalah oase dalam pencarianku, cuma butuh waktu sebentar untukku memutuskan untuk menikahimu. Semua terjadi ya begitu, tak ada halang yang merintang, semua begitu sederhana sehingga semakin ku yakin, kamu adalah tulang rusukku yang hilang, penyejuk pandangan, kini kembalilah kamu di pelukan, sudah lama memang aku sendirian. Dan kini kamu dan aku menjadi kita. Semoga ini kebahagian semua, dan menjadi rahmat untuk makhluk lainnya. Bukankah manusia dilihat dari kebermanfaatannya dan semoga kita selalu begitu. Menjadi rahmat untuk semesta.

Wanita impian, di batas umur 25, semoga kau kutemui esok.

Sakit kenangan

Saya memang ditakdirkan untuk tidak jauh lama-lama dari Ibu saya, pernah sih kerja seminggu sekali pulang tapi yaa cuma seminggu apalah bagi mereka-mereka yang merantau, hehheee.. Kemarin ketika sakit saya baru terasa, sudah 25 tahun saya berada di sisinya, beberapa kali ingin rasanya merantau, menjauh dari kampung halaman, menjadi sufi di kampung orang, uzlah mencari hikayat hidup, tapi lagi-lagi Tuhan belum berkenan, apalah daya saya jika tanpa restu Ibu, sedangkan Ridhanya adalah Ridha pemilik semesta, Upss.. saya kira cukup pengantarnya.. Terlalu banyak basa-basi, bikin hilang esensi, yang ada malah emosi, bikin hati sakit tak terperi, Ahh lupakan.. Saya tidak sedang menceritakan mantan..

Yaa sudah deh, sekarang saya ingin cerita sedikit tentang mantan, upss, bukan-bukan, ini cerita saya ketika sakit diare kemarin, saya sakit demam plus diare, saya tidak mau menceritakan tentang bagaimana rasa mulesnya diare, itu tidak penting, sama sekali ngga, hahaha… yang jelas seharian itu saya bulak-balik toilet 15 kali, angka yang luar biasa kan, tetapi itu tidak penting, sama sekali ngga, hahaha… Terus apa yang lebih penting? Yaaitu, saya baru benar-benar merasakan nikmatnya sehat ketika sakit, yaa itu aja, benar kata bijak yang bilang, Nikmatnya sesuatu baru terasa ketika ia hilang, termasuk mantan.. Upss.. Lupakan kata terakhir itu, lupakan…

 

Catatan ngga jelas di siang terik… heyheyy

Entah ini apa?

Sejatinya cinta adalah kumpulan percakapan demi percakapan. Maka ketika cakap-cakap itu hambar, membosankan, dan cuma satu arah, tak berbalas, sepertinya kita harus mengecek kembali ini cinta atau hanya formalitas belaka. Kita tidak perlu menghabiskan waktu berdua jika hanya untuk saling menatap hp masing-masing bukan. *Irman Rahman

Pernah merasakan kejadian seperti di atas? Kalo saya alhamdulilah belum pernah, hehehehe… Jadi quote di atas cuma coretan semena-mena saya, bukan curhatan… Xixixixi, salah deh kalian pada yang udah nebak-nebak semena-mena.. Lebih tepatnya quote di atas adalah pengamatan semena-mena saya, hahahaa.. jangan protes yaa.. please… Berdasarkan pengamatan semena-mena saya ketika pasangan-pasangan yang mengaku punya pasangan itu jalan atau makan di mall, sebagian mereka asik dengan dunianya sendiri, yaaaituu.. pegang gadget masing-masing dan dorrr.. mending sini itu pacarnya yang cantik, saya aja yang ajak jalan terus besoknya saya lamar deh… Huhahuhahauhhaa.. Biasa aja keles bacanya.. Hihiiii..

Baik-baik, akhirnya saya ingin bahas kalimat di atas secara serius, apa dan mengapa bisa terjadi seperti itu, saya garis bawahi di kalimat terakhir “Kita tidak perlu menghabiskan waktu berdua jika hanya untuk saling menatap hp masing-masing” Jangan-jangan hubungan itu cuma jadi formalitas belaka cuma sekedar kita tidak ingin disebut jomblo.. Ahh sudahlah, jomblo lagi yang dibully, maafkan saya, dan Anda tidak perlu tersinggung karena saya juga jomblo juga kok, tetapi nothing to lose, ngga ada yang hilang buat seorang jomblo visioner macem saya.. hahahahaa.. Apalah-apalah… Nikmati sajalah kawan, tetapi serius sesungguhnya saya iri ketika melihat cewek cantik solehah di cuekin sama cowok jelek yang asik sama hpnya, sungguh saya ingin menjadi superman yang bisa menghilangkan keBtan cewek cantik solehah tersebut. Akhirnya saya ingin ucapkan akhirulkalam, sampai bertemu lagi di tulisan asal-asalan berikutnya bloo…
Entah ini tulisan apa, yang jelas sebagai penghilang pengat setelah rutinitas kerja tadi siang…