Arsip Bulanan: Juli 2014

Tentang Bekam

Pasti temen-temen tahu dan pernah mendengar mengenai hal ini “Bekam” Saya tidak akan membahas cara dan menjelaskan mengenai bekam, saya hanya ingin berbagi sedikit pengalaman mengenai hal ini. Kemarin, Saya mengantar kakak untuk bekam, di sana sang Ustad yang sering kami panggil Abi banyak menjelaskan secara mendetail mengenai bekam. Apa saja manfaatnya? Pertama menurutnya bekam itu bermanfaat mentralkan pikiran supaya menjadi lebih fresh dan tidak was-was. Mengapa? Karena setan itu masuk ke manusia melalui aliran darah, dan jika darah kotornya dibuang ya itu mempersempit peluang setan untuk masuk untuk mempengaruhi dan membuat rasa was-was pada pikiran kita. “Itu kata Nabi bukan kata Abi” Cetus sang Ustadz, ketika saya tanya kepada kakak saya yang sudah beberapa kali dibekam, dia bilang begini, “Pikiran rasanya lebih tenang dan terasa adem” Saya ya percaya, karena kakak saya sebelumnya terus was-was, takut mati, bahkan jika ada hujan dia adalah termasuk orang yang paranoid, menangis ngga jelas yang membuat orang yang menyaksikan kesel melihat kelebaiannya, dan akhirnya besok saya juga memutuskan untuk berbekam untuk kesehatan, karena mengenai fungsi bekam bukan hanya yang saya sebutkan di atas, menurut Abi yang biasa kami kunjungi itu bekam bisa membuat awet muda, bisa menyembuhkan segala penyakit dan yang penting ini adalah cara nabi dan mengikuti caranya merupakan sunah yang berbuah amal. Ibarat motor atau mobil adalah sebagai pergantian oli atau service berkala, sehingga kita makin fresh dan dalam upaya pencegahan berbagai macam penyakit.

Apapun caranya dokter atau bekam atau herbal atau apa saja itu semoga kita tetap sehat sehingga bisa menjalankan peran masing-masing. Aamiin

Lebaran ohh lebaran

Lebaran sudah lewat 2 hari, sudah adakah resolusi hidup yang terbarui, harusnya ya sudah siaplah dari berhari-hari, tetapi kenyataannya banyak yang mengalir saja tanpa berhenti sejenak memikirkan rencana hati. Hihiii kalau itu termasuk saya juga penulis artikel ini.. ehh ngomong-ongmong soal hati, ternyata banyak pula yang belum move on yah, terutama kemarin setelah kumpul keluarga dan ditanya kapan nikah?? Hihiii pertanyaan klasik sekali, sungguh menggugah hati, menusuk sampe sini nih… (nonjok dada sambil berlebay mode on) yang nanyapun kayanya orang yang ngga tau diri, hahaa ehh peace deh…

Nah.. kawan, sekarang kita serius sikit, bagaimana rencana kita setelah melewati bulan suci? Apa ada yang berencana pergi haji? Ehh tinggal 2 bulan lagi ya, atau ada yang berencana menikahi pasangan hati? Yaa sudah bagus sekali kalau begitu. Kemarin saya denger seorang teman yang akan menikah di bulan haji, lalu muncul pertanyaan lahh.. saya kapan ya? Hahaha.. dan pertanyaan besarnya sama siapa? Mulai deh saya menjadi pemuda putus asa, tetapi targetnya habis lebaran ini deh, lah kalau di kampung saya yang seumur saya dianggap sudah lumayan tua, padahal umur baru genap 25 tahun februari tahun depan, ini cuma curcol kegalauan hati… Haahaaa.. tetapi tentu sangat penting bagi sipemilik akun ini.. Yeeyy “Apa siihh sayamah cuma bubuk rengginang” Hahaaa… ngedenger ini lucu sekaligus miris, tanda putus asa sang pemilik kalimat, saya tetap berkeyakinan sebagai sosok yang luar biasa yang diciptakan Tuhan, lahh apa si segala bubuk rengginang dibawa-bawa, manusia itu jauh lebih terhormat dari itu, sungguh ungkapan bubuk rengginang terkesan malah menghina Tuhan. Haduuhhh kita sudah melenceng jauh nih, dari soal hati sampai pasangan dan ujung-ujungnya bubuk rengginang. Baiklah-baiklah, mari kita serius sikit…
Lebaran sudah move on menuju hari kehari, nanti apa kita bakal bertemu lagi hari raya ini, Wallahualam, siapa yang bisa menjamin? Tetapi sebenarnya bukan masalah hari raya ini, tetapi bagaimana kita sesudah ini? Masih rajin ke masjidkah? Berjamaah? Apa malah ditinggalkan saja masjid dan salat 5 waktunya, masih suka menjaga pandangankah seperti di bulan suci atau malah memilih jelalatan sana sini dan bertindak sesuka hati.

Mulai hari ini saya sadar betul, dangdut bakalan berdendang lagi di sana sini bukan tadarusan orang yang mengaji, pelacuran bakal jor-jor’an bahkan di dekat tempat saya daerah parung hampir terang-terangan menawarkan diri. Miris, miris sekali bukan.

Semoga kita kembali kepada fitri dan menjaga kefitriannya hingga akhir hayat menghempas napas terakhir hidup ini

Refleksi setelah Ramadan

Hari Idul Fitri, hari dimana momentum kebahagiaan merekah ruah, kue-kue berjejer di setiap rumah, dari mulai ketapang yang murah sampai dengan nastar ala kastengel yang megah. Kini momen itu mulai berjalan meninggalkan kita, detik demi detik, hari demi hari, semua akan terlewati, suasana hari raya paling seminggu sudah pergi, hingga akhirnya kita dihadapkan rutinitas sehari-hari, ramadan memang akan kembali, tetapi apakah kita masih ada kesempatan untuk menikmati bulan suci? Siapa yang bisa menjamin demikian, kita akan dihadapkan 11 bulan kemudian, dimana pertarungan iman jauh lebih hebat dibanding di bulan pelatihan, bulan pembakaran, bulan di mana maksiat diminta untuk pergi untuk sementara, ya, walau cuma sementara, rumah bordil ditutup ya setidaknya untuk menghargai bulan suci, dangdutan atau hiburan apapun berhenti, hampir semua menghargai bulan suci, tetapi, pertaruhan berikutnya adalah dimulai ketika kita sedang mengaku suci, kembali kepada fitrah ruhiah, seperti bayi yang lahir kembali, begitu para ustadz mengatakan, hingga dimulai hari itu banyak kita melakukan hal yang berlebihan, makan berlebihan, bermegah-megah dengan petasan dan yang paling menyakitkan masjidpun mulai ditinggalkan, malam takbiran seakan tanda kebebasan dari ramadan untuk sebagian orang, ahh sedih sekali hal demikian, tetapi itulah kenyataan, banyak pula yang merayakan dengan bermabuk-mabukan ada lagi yang berjudi semalaman, sebagian sangat bersemangat menyambut lebaran yaa mungkin alasannya demikian, bebas dari ramadan, tetapi wallahualam, yang jelas DIA memang sudah menjanjikan fitri sebagai fitrah untuk mereka yang beribadah, hari kemenangan untuk mereka yang berpuasa, bersusah payah dari pagi buta, menahan lapar dan haus sampai menjelang senja, dan untuk kegembiraan sebagai tanda kebebasan untuk orang yang sudah bosan dengan ramadan, Ahh semoga kita bukan katagori yang demikian, semoga kita orang yang merindukan ramadan bahkan ketika hari itu baru terlampaui satu hari. Semoga kita termasuk orang yang bergembira di hari kemenangan karena kembali kepada fitrah seperti bayi yang dilahirkan, dan semoga kita di dalam golongan orang yang tetap merindu ramadan, dan bukan orang yang terkesan merindu kebebasan karena bosan dengan ramadan yang menurutnya mengekang. Aamiin… 

Sedikit tentang surat Al-Kahfi Ayat 25

“Dan mereka tinggal di dalam gua selama 300 tahun dan ditambah 9 tahun” (Al-Kahfi :25)

Pasti teman-teman tahu dan pernah dengar kisah tentang ke 7 pemuda Al-kahfi. Dimana diceritakan bahwa mereka pemuda Ashabul kahfi berlindung di dalam gua dari kejaran penguasa kala itu. Saya yakin kisahnya pasti sudah pada hafal. Jadi saya tidak akan membahas kisahnya kembali. Yang saya ingin tekankan adalah ayat Al-Quran di atas yaitu surat Alkahfi Ayat 25. “Dan mereka tinggal di dalam gua selama 300 tahun dan ditambah 9 tahun (lagi)”. Maksudnya apa ya kok segala ditambah 9 tahun segala. Apa Allah salah hitung, atau cuma main kata-kata. kenapa ngga the point aja Allah ya dalam menyebutkan, 309 tahun, kan lebih mudah dimengerti. Hmm… sebagai seorang yang kritis tentu kita harus mempertanyakan hal itu bukan, tetapi ada sebuah jawaban yang mendetail dan sangat memuaskan hati. Ayat ini bicara tentang tahun, maka pembahasannya tidak jauh dari pengetahuan tentang waktu. Dimulai dari berapa hari dalam satu tahun masehi (syamsiyah), tentu jawabannya sudah pasti tahu, yaitu 365,25 hari. Kita bulatkan menjadi 365 hari saja, ok. Sedangkan jumlah hari dalam satu tahun hijriah adalah 354 hari. Maka selisih hari dari kedua tahun tersebut adalah 11 hari.

Kemudian 11 hari sebagai selisihnya, dikali dengan 300 (berasal dari ayat diatas, juga dikaitkan dengan tahun masehi). Angka yang didapat adalah 3300 hari, yang selanjutnya dibagi dengan 354 hari, dari penanggalan hijriah. Maka hasilnya adalah 9,32 tahun, atau boleh juga dibulatkan menjadi 9 tahun. Jadi 300 tahun masehi sama dengan 309 tahun Qamariyah. Dan Al-quran sudah jauh hari menyingkap hal yang demikian. Subhanallah… Sedetail itu Al-quran menjelaskan. Jauh sebelum orang-orang di masanya melakukan perhitungan tentang demikian.

“Maha benar Allah dengann segala firmanNya” Oleh2 dari salat jumat kemarin…