Arsip Bulanan: Maret 2017

Mimpi Buruk dan Syetan

Ada yang pernah mimpi buruk atau ditindih ketika tidur? Kalo saya baru tadi pagi, jadi begini. Setelah subuhan tadi saya lanjut buat tidur lagi, karena memang ngantuknya full, abis ronda malem. Dan pas saya tidur itulah mimpi aneh itu muncul, badan saya dipeluk oleh seseorang yang  tidak bisa dilihat entah siapa dia. Awalnya pelukannya terasa nyaman, dan itulah yang membuat saya diam saja ketika dipeluk. Dan ketika dia merubuhkan tubuhnya saya baru sadar kalo dia itu laki-laki, akhirnya saya tendang perutnya. Dan setelah ditendang, dia muntah-muntah diperut, dan setelah itu saya terbangun seperti ditindih, sampai teriak-teriak supaya bisa bergerak. Nah, setelah saya cek diperut, ternyata ada semacam bisul kecil yang tumbuh. Sangkaan diotak, ini pasti karena dimuntahin tadi. Syukurnya saya masih punya sedikit air Zamzam, nah, dengan membaca bismillah saya tuangkan sedikit air Zamzam ke bisul itu, Alhamdulillah sudah agak enakan. Nahhh, temen-temen, penting banget kita bisa menjaga diri dar yang namanya setan, jin atau sejenisnya. Karena mereka gigih banget loh, mau mengganggu kita terus, bahkan kita harus banyak belajar deh sama gigihnya setan untuk mengganggu terus menerus. Mereka gak mudah menyerah, dan penting banget berlindung kepada Allah dari mereka, tapi ingat ya kawan, jangan sampai kita menganggap kalo Allah itu lawannya setan. Sungguh na’if banget kawan, Allah Maha Kuasa atas segala-galanya. Sedangkan syetan, jin dan sejenisnya hanyalah makhluk yang tanpa KuasaNya sungguh tak bisa apa-apa. Jadi kalo kita berlindung ke Allah, sungguh tipu daya syetan tak ada apa-apanya kawan. Jadi, dalam setiap aktivitas, penting banget diawali dengan taawuzd, dan nama Allah, berlindung dari setiap tipu daya syetan yang terkutuk.

Bagaimana cara lepas dari tipudaya syetan? Jujur, saya pribadi masih amat dan sangat miskin ilmu tentang hal ini, tapi berdasarkan dari guru-guru yang pernah saya temui. Jalan yang dibenci oleh syetan yang terkutuk itu adalah jalan taqwa, jadi, kalo ditanya cara apa yang paling ampuh untuk menangkal pengaruh syetan, yaaa tentu dengan taqwa. Syetan akan teramat tersiksa jika mendengar ayat-ayat Allah, penting buat teman-teman yang merasa terus menerus diganggu oleh syetan atau jin, untuk ke seorang terapi ruqyah, yang atas izin Allah bisa mendeteksi adanya gangguan-gangguan tersebut.

Selama ini hal yang sering saya lakukan adalah dengan membaca Al-masurat pagi dan petang, walau masih banyak bolongnya. Dan ketika tidur saya biasanya membaca 3 kali Al-Ikhlas, 3 kali Al-Falaq, 3 kali An-nas, sesuai dengan sunah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam yang ketika selesai ditiupkan ketangan dan diusap keseluruhannya ke tubuh. Nah, kalo pas lupa atau saking ngantuknya ini yang kadang terlewat dan akhirnya saya pribadi juga suka kecolongan atas gangguan syetan tersebut.

Dan pada akhirnya, kita semua berlindung kepada Allah, dari segala bentuk gangguan dan tipudaya syetan. Semoga Allah, menguatkan hati kita untuk tetap taqwa, karena dengan jalan inilah yang InshaAllah yang membuat kita tetap di Jalan Allah dan bebas dari gangguan syetan yang terkutuk.

Dan catatan ini hanya sharing, yang semoga menjadi manfaat buat temen-temen dan terutama bagi saya pribadi.

Catatan untuk Anakku

Apakah postingan ini calon Ibumu baca? Hm, Ayah kira tidak nak, dia tidak terlalu aware mengenai postingan ini. Atau mungkin dia baca secara diam-diam, Ayah tidak tahu. Postingan ini memang bukan diperuntukan untuknya. Tetapi lebih kepada catatan pribadi Ayah, setidaknya untuk mengenang semua perjalanan. Baik, Ayah akan melanjutkan cerita tentang calon Ibumu itu.

Kau tahu nak, kemarin Ayah menunjukan foto calon Ibumu ke nenekmu. Kau tahu nak, apa yang dikatakan nenek pertama kali ketika melihat foto calon Ibumu ini “Idungnya pesek yaa” Hehehheee.. Ayahpun tertawa nak, yaapp.. Hidung calon Ibumu memang pesek nak, tapi dia cantik nak, tubuhnya memang agak pendek dan gemuk, hidungnya pesek, kulitnya putih dan sedikit komedo di hdungnya. Tapi dari semua itu dia terlihat cantik di mata ayah nak. Dan satu lagi nak, dia lulusan 6 tahun di pesantren, 4 tahun kuliah di UIN Ciputat, dan bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang training dan pengembangan diri, walau lebih khususnya dia bekerja di travelnya. Tapi dari track recordnya itu, Ayah mengambil kesimpulan, dia bisa dijadikan Ibu untukmu nak, Ibu yang luar biasa untuk menjadikanmu luar biasa kelak nak. InshaAllah…

Dan sekarang tugas Ayah adalah mempersiapkan semuanya nak, mempersiapkan semuanya, dalam waktu 3 bulan ini kami bersepakat untuk tidak berkomunikasi kecuali penting sekali. Dan setelah 3 bulan ini kami akan bertemu lagi dan mengambil kesimpulan kiranya hubungan ini mau dibawa kepelaminan kah? Dan sungguh ini saat-saat yang mendebarkan buat ayah, pertama Ayah harus mempersiapkan materinya dan yang kedua ayah harus mempersiapkan mental.

Ohh iya, tanggal 04 April besok calon Ibumu ini akan berulang tahun, kemungkinan ayah akan memberikan satu buku yang memang sudah lama ayah incar, buku karya Mba Sinta Yudisia, Psikologi penganten, itupun akan ayah kirim via jasa pengiriman, kita sudah bersepakat untuk tidak bertemu. Jadi, tak mengapa, kita akan mengikuti aturan main ini. InshaAllah.

Apalagi yang harus ayah persiapkan untukmu nak, selain seorang ibu yang baik yang akan menjadikanmu manusia seutuhanya kelak. InshaAllah nak, doakan ayah dan calon Ibumu yah. InshaAllah, semoga kita segera bertemu ya nak, Ayah sangat menanti kehadiranmu, mengelusmu ketika berada di dalam perut Ibumu, dan membaca ayat-ayat kebaikan menjelang tidur dan mengadankanmu setelah Ibumu berjuang melahirkanmu. Ayah merindukanmu nak, selalu merindukanmu. Semoga Allah mudahkan jalan kita semua untuk segera bertemu kelak.

Dari Ayah yang menyayangimu nak…………………………

Memperjuangkan Ibu untuk Anakku.

Apa kabar pagi ini nak? Semoga kita semua tetap dalam hidayahNya sehingga bisa menjalankan setiap detik nikmat dariNya dengan kesyukuran yang tiada akhir. Ayah masih bingung menentukan pilihan, apa akan berlaku untuk bekerja lagi atau tetap istiqamah dalam merintis usaha yang sedang di jalankan. Setahun keluar dari pekerjaan terakhir, ayah sudah merintis usaha, dan boleh dibilang berjalan cukup baik, walau tidak bisa dibilang baik. Selama 13 bulan ini ayah pernah menangani proyek besar sekelas di Telkomsel dan Indocement, nilainya masih puluhan juta tapi itu sudah cukup membuat ayah merasa bahwa usaha ini berada di track yang benar. Hm, sampai ketika calon Ibumu sedikit menyadarkan, sampai kapan mau begini terus? Sampai kapan? Hm, saat terakhir bertemu Ayah memang tidak punya proyek apapun. Proyek terakhir yang dikerjakan di rumah artist cokelat Mb Kikan berakhir Zonk. Bahkan Ayah Rugi sekitar 1,2 juta. Ayah anggap itu wajar, karena memang resiko berwirausaha. Tapi dititik ini ayah berpikir, kalo begini, bagaimana Ayah bisa memperjuangkan Ibumu? Duh, menyakitkan sekali rasanya pertanyaan ini nak.

Modal nikah Ayah semua mencakup sekitar 35 juta nak, sementara kalo dihitung secara keseluruhan plus ongkos dan lainnya Ayah butuh 80 juta. Bagaimana Ayah mau berkata kepada Mamak calon Ibumu nak? Yaa Allah, Lahaula walaquwata Illa Billah……….. Dari semua ini ayah dan calon ibumu mengambil kesimpulan, untuk sementara Ayah akan memilih fokus mempersiapkannya semua, dan tidak berkomunikasi secara intens untuk beberapa yang sudah Ayah dan calon Ibumu sepakati. Dan Ayah akan komunikasikan semuanya kepada Mamak calon Ibumu mengenai hal ini. Tidak jadi masalah, Ayah pasrah saja pada Allah. DIA yang menjodohkan dan DIA pula yang punya khendak atas setiap peristiwa. Ayah perjuangkan dan ikhtiari, tapi hasil itu bukan wilayah ayah yang menentukan.

Selain daripada persiapan materi, Ayah juga belajar bagaimana bersikap ketika menjadi suami dan ayah kelak, seorang teman perempuan ayah punya pengalaman menikah dan gagal, katanya “Materi penting, tapi psikologi kesiapan juga penting” Menikah tidak melulu tentang cinta-cintaan, lebih dari itu menikah adalah kesiapan materi dan mental menerima perbedaan. Yaapp, dua orang yang tadinya hidup di lingkungan atau bahkan suku yang berbeda, kemudian dipertemukan dan dipersatukan dalam satu rumah, keluarga, itu tidak mudah, tapi tentu tidak menjadi alasan untuk bersusah-susah atau pisah. Karena inti dari kekeluargaan adalah saling menerima di antara duanya. Jika menerima segala kelebihan maka kamu harus siap menerima pula segala kekurangan. Prinsip itu penting ketika sudah akad berkumandang. Nak, doakan Ayah dan calon Ibumu supaya digigihkan dan dimudahkan jalannya menuju bahligai pernikahan. Dan dengan semua itu Ayah dan Ibumu nanti kelak bisa menjadi keluarga Sakinah Mawaddah Warahhmah yang bisa bahagia dan membahagiakan orang banyak. Aamiin…

Membicarkan tentang calon Ibumu nak, ayah selalu ingin berpanjang-panjang, tidak cukup 500 kata, masih banyak sekali yang ingin ayah ceritakan padamu nak, setidaknya ketika kau lahir dan besar nanti, lihatlah Ayahmu ini pernah memperjuangkan seseorang, Ibu untukmu lahir dari rahimnya..

Akan ayah tulis beberapa cerita selanjutnya di bagian berikutnya…

Dari seorang calon ayah yang merindukanmu nak,..

Surat untuk calon Anakku.

Heyy, apa kabar nak kau hari ini? Semoga Allah selalu melimpahkan rahmatNya untukmu dan untuk kita semua. Sebenarnya pagi ini, ayah merindukanmu, atau lebih tepatnya di kepala ayah bertanya-tanya, sedang apa kau di alam sana? Kapan waktu tepat untuk kau berada di sini? Di pangkuan Ayah.  Hm, Ayahmu ini sedang memperjuangkan calon Ibumu nak, doakan dari alam sana, supaya Ayah dan calon Ibumu ini berjodoh dan dari rahimnyalah kau bisa lahir. Kau mau kenal dengan calon Ibumu nak? Baiklah, ayah akan ceritakan. Calon Ibumu adalah sosok luarbiasa, dia lahir dan besar di Batangtoru medan sana nak. Umurnya lebih muda 2 tahun dari ayah, Calon Ibumu ini besar di pesantren dari Mts sampai MA, lalu kemudian merantau menjadi anak kuliahan di UIN Ciputat.  Namanya F….., tapi baiklah, kita tidak sedang membicarakan sebuah nama. Jika Ayah ini belum pernah kemana-mana, Ibumu itu sudah 3 kali ke Mekkah nak, kota suci, mungkin di alam sana kau mendapat cerita tentang kota ini? Kota penegakan kalimat tauhid pertama dalam agama kita nak. Kau pasti mengerti sekali tentang tauhid, karena di alam sana, semua masih murni, tidak tercampur dengan sesuatu apapun. Jadi, setidaknya ayah bisa menerka dari surat Al-araf ini nak.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (QS. Al-A’raf : 172)

Nanti, ketika sudah besar kau harus berpegang teguh dengan kalimat tauhid ini ya nak. Kembali tentang calon ibumu nak, ayah sedang memperjuangkannya, bermaksud hati untuk meminangnya. Ayah punya alasan kuat mengapa memilih calon ibumu ini. Dia secara wawasan bahkan di atas ayah nak, pernah ke Tiongkok, Malaysia, 3 kali ke Mekkah, mengerti dunia pengembangan diri. Mengerti dunia parenting, dan ayah percaya, akan ada sosok ibu yang luarbiasa untuk seorang anak yang luarbiasa. Dan itu mengapa Ayah sedang memperjuangkannya nak. Oke, baik ayah akan meneruskan cerita tentang calon ibumu ini nak, pertemuan terakhir kemarin kami berdua bersepakat untuk tidak berkomunikasi secara intens seperti sebelumnya, kami berdua sedang meluruskan niat, menguatkan segala niat baik. Bahwa untuk menikah memang butuh persiapan lahir batinnya, secara lahir kondisi ayah sekarang yang merintis usaha belum bisa dikatakan mapan. Secara batin, kami berdua sedang meluruskan niat, semoga Lillah, karena Allah, bersandar kepada Allah dari apa yang akan terjadi. Calon ibumu dilahirkan pada keluarga yang memegang adat kuat, dan biasanya untuk sebuah pernikahan di daerah Ibumu bisa menghabiskan biaya sekitar 100 juta, dan ayahmu ini sedang diminta oleh mamak calon ibumu 60% nya. Ayah sedang memperjuangkan itu nak, doakan dari sana ya. Ayah yakin Allah yang mempunyai segenap perbendaharaan, dan keyakinan ini yang sedang Ayah perjuangkan, sebagaimana perjuangan Siti Hajar ketika mencari air untuk Isma’il di antara bukit Shafa dan Marwa. Semoga demikian ya nak….

Jika bercerita tentang calon Ibumu, ayah tentu saja selalu ingin berpanjang-panjang, tidak ingin berhenti menceritakannya padamu. Tapi akan ayah lanjutkan di bagian selanjutnya.

Kutunggu kau lahir nak, dari sosok yang tepat yang menjadikanmu menjadi manusia seutuhnya. Salam sayang untukmu nak,…

Dari seorang Ayah yang sedang memperjuangkan Ibu untuk anak-anaknya.

BALADA ROMANSA SAYA

Seseorang mengirimkan pesan WA ke saya tadi pagi.

“Nikah di Mekkah yuk”

Saya senyum-senyum bacanya. Pasalnya kalo menurut logika saya sekarang nikah di sana dengan membawa orang tua sekaligus adalah misi impossible, hahaha… Loh, orang nikah di kediaman yang punya pesan saja saya masih belum cukup uangnya. Bagaimana coba?

“Seriussss..!” Katanya lagi melanjutkan pesannya setelah saya jawab sekenanya. Duhh, merinding saya jawabnya lagi. Bagaimana coba?

“Duuuhhh, jangan pikirin bagaimana, hayoo kita petakan semua, plannya di buat, kapan waktunya, apa yang mau dilakuin buat mencapai itu semua.” Katanya lagi melanjutkan.

Saya yang belum pernah ke tanah suci serasa merinding, dan mencoba merasakan asmofir itu semua.

“Bisa, pasti bisa…” Katanya lagi menyakinkan

“Besok kita ketemuan” Katanya lagi masih dalam penekanan.

Dan sayapun mengiyakan. Besok ketemu satu sosok itu lagi, entah mengapa, mengobrol dengannya tidak cukup satu dua jam, selalu menyenangkan bisa bertemu dan membicarakan banyak hal dengannya. Satu sosok masih dirahasiakan sampai ijab kabul itu terucapkan, semoga.. Doakan yaaa..

​LIDAH TAK BERTULANG

Lidah tak bertulang, begitu peribahasa yang sering kita dengar. Kita sering dengar sebuah ungkapan bijak yang bilang “Keselamatan seorang Insan adalah dari menjaga lidahnya” Berapa banyak orang yang saling berkelahi adu fisik yang berawal dari saling memaki, saling mengumpat, tak mampu menjaga lidahnya. Berapa banyak orang yang malah saling bunuh yang kalo dipikir berawal dari hal dan kata-kata sepele. Dan begitu banyak ini itu yang berawal dari ketidakmampuan menjaga lidah.

Akhir-akhir ini kita semua tahu tentang kasus Pak Ahok, Guberner DKI yang sedang booming dengan kasusnya. Lidah tak bertulang, sepertinya kata-kata itu pantas dinisbatkan dalam kasus ini. Bukan hanya tentang kasus pelecehan agama, Ahok secara pribadi memang dianggap tidak bisa menahan lidahnya. Seorang Ibu pernah dicaci maki di depan publik,yang membuat banyak orang geram. Bahkan disebuah siaran live televisi Ahok pernah menghina dan mengeluarkan kata-kata kotor yang membuat Statiun Tv tersebut terkena teguran dari KPI. 

Lidah tak bertulang, peribahasa itu tidak hanya untuk berlaku untuk satu orang, banyak peristiwa di sekitar kita yang berawal dari ketidakmampuan menjaga lidah. Korbannya bisa siapa saja, bahkan termasuk orang yang tidak bersalah sama sekali. Itu yang menimpa Isan Harianto (alm), warga Prabumulih, Sumatera Selatan, tahun lalu. Sepulang dari berdagang di pasar, Isan hendak menunaikan sholat isya di masjid bersama temannya, Hendri. Karena masjid sedang ramai, mereka memutuskan untuk pulang. Ketika Isan sedang mengeluarkan sepeda motor Hendri dari halaman masjid, terdengar teriakan, ”Pencuri, pencuri…” Spontan massa berdatangan, mengeroyok dua sahabat ini. Upaya Hendri menunjukkan STNK dan SIM miliknya sia-sia. Massa kian beringas. Sepeda motor hangus terbakar, Hendri terluka parah, dan nyawa Isan tak tertolong. 

Isan memang terbukti tak bersalah, tapi nyawanya tak bisa dikembalikan. Begitu keluar melewati dua bibir kita, kata-kata bisa berubah menjadi deskripsi, persuasi, agitasi, atau provokasi. Repotnya, dampak dari ucapan tak sepenuhnya bisa direvisi. 

Ketika sadar bahwa kata-kata kita menyinggung perasaan orang, kita memang bisa mengatakan, ”Maafkan saya.” Dia mungkin akan memaafkan, tapi sakit hatinya sulit diobati secepat itu. Ketika ditanya siapa dan apakah sudah memaafkan orang yang menggulingkannya ketika menjadi presiden gusdur pernah bilang “Saya maafkan, tapi belum bisa melupakan” 

Alkisah, seorang anak yang selalu marah-marah tiap hari telah menyusahkan banyak orang. Sang Bapak yang bijak mencoba mengatasinya. 

”Anakku, lampiaskanlah kemarahanmu dengan menancapkan paku di kamarmu,” kata sang Bapak. Anak itu mematuhinya. Pada hari dia marah, dia tancapkan satu paku di kamarnya. Bagitu seterusnya, hingga kamarnya penuh dengan paku. ”Nak, sakarang belajarlah mengendalikan amarah,” kata sang Bapak. ”Pada hari kau berhasil mengendalikan amarahmu, cabutlah satu paku yang tertancap kamarmu.” Sekali lagi anak itu menurut. Dia sungguh-sungguh berupaya mengendalikan amarah. 

Dia berhasil. Satu hari tidak marah, satu paku dicabutnya. Begitu seterusnya, hingga semua paku lenyap dari kamarnya. Bapaknya tersenyum, bangga. ”Nak, kau telah berhasil mengendalikan dirimu,” pujinya. ”Paku-paku itu telah hilang dari kamarmu. Tapi lihatlah, bekas-bekasnya tak bisa kau hilangkan.”

Bapak bijak itu ingin mengajarkan pada anaknya, bahwa selalu ada dampak dari setiap tindakan. ”Kau memang telah memperbaiki sikapmu, tapi akibatnya pada orang lain tak bisa kau hilangkan.” Memang, maaf tak menyembuhkan luka. ”To forgive but not to forget,” kata orang Inggris. Kita dapat memaafkan kesalahan orang lain, tetapi tak dapat melupakannya.
Disadur dari Buku *Lidah tak bertulang karya Pak Edi