Arsip Bulanan: Februari 2017

Catatan Ringan

20 Februari 2017

 

Apa yang sedang anda pikirkan? Begitu pertanyaan facebook setiap kita berkunjung ke berandanya. Jujur timeline facebook kali ini tak ayal menjadi begitu panas karena PILKADA DKI. PILKADA kali ini seperti perpanjangan PILPRES 2014. Panas, banyak yang saling hujat, berita hoax tersebar di mana-mana. Dan kawanpun boleh jadi saling serang. Dan saya berharap PILKADA segera berakhir, tapi sayang ternyata masuk putaran ke 2. Itu artinya berisik-berisik itu belum usai. Masih ada yang akan saling serang. Bukan para calonnya tetapi para pendukungnya.

Bisnis yang saya pegang sekarang masih megang dua proyek, satu buat kolam minimalis di bogor, satu lagi penenaman rumput gajah mini di cilangkap Mabes TNI. Alhamdulillah, ada aja jalan rezeki di situasi panas PILKADA ini. Besok temen-temen ngajak buat belajar bareng fb ads, dan saya hayoo aja. Padahal saya udah lama lohh ninggalin dunia facebook ads. Sejak fokus ke proyek Telkomsel sih tepatnya. Syalalalalaa aja saya mah.. Hahahhaaa…

Ohh iya, proyek telkomsel belum dibayar semua, nungguin semoga minggu-minggu ini cepet diproses. Pembuatan kolam di bogor juga masih belum semua dibayar, orangnya agak sulit buat ngeluarin uang. Duh, agak perfect gitulah beliau. Semasih bisa temen-temen ikuti yaa akan tetep di ikutin. Semoga semua cepet beres.. Aamiin..

Musim hujan, enaknya tetep di rumah. Sebagian teman saya hari ini ikut aksi di DPR, aksi 212 Jilid 2. Saya lebih memilih di rumah, menemani kalian semua dengan tulisan ini. Duh, curhatan ini mungkin akan dibaca banyak orang, termasuk anak atau cucu saya, entah berapa tahun lagi. Tetapi semua terarsip dengan baik, boleh jadi mereka senyum-senyum nanti membaca ini. Duhhh Yaa ampun, semoga disegerakan mendapati seorang Ibu untuk anak-anak saya kelak. Aamiin…

Tiga bulan ini saya ikutan relawan Ridha, walau gak pernah hadir secara fisik tapi amat teramat bahagia menjadi bagian orang yang berkontribusi di sebuah Yayasan yatim yang temen-temen dirikan, walau boleh dibilang hanya setitik debu doang kontribusi saya.

Hey, ngomong-ngomong kangen…. Duhh, entah jadinya gimana hujan bikin hati baperan, hampir jam 10.00, sepertinya saya mau mandi dan bersiap dhuhaan, setidaknya kalo salat malamnya jarang  sebisa mungkin dhuhanya dirutinin. Hehheeeee………..

Duhh, belum mandi, sebagai seorang yang kerja di rumah, yaaa gini. Kadang seenaknya ngatur waktu, mandi, makan dan sebagainya. Tapi baiknya punya list yang dijadwalin kawan, tidak hanya ngelakuin rutinitas tanpa tujuan. Tetapkan tujuan dan kemudian gapai ke arahnya, jangan mudah menyerah. Hidup itu tentang masalah proses, dan seberapa kuat kamu menjalani prosesnya itu kamu yang menentukan. Tentu atas izinNYA. Duhh, bahas apa sih kita, yaa sudahlah… Selamat menjalani aktivitas, salam olahraga…..

Ulasan Novel Rindu (Tere Liye)

Judul: Rindu
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika
Dimensi: ii + 544 hlm; 13,5 x 20,5 cm; cetakan XL oktober 2016
ISBN: 978 602 8997 90 4

Saya nyaris saja terjebak dari judul novel ini. Rindu, saya kira novel ini akan bercerita sepenuhnya tentang romantika antara pasangan, cinta-cintaan. Tapi nyatanya tidak, buku ini menyajikan lebih dari itu. Memang, ada cerita sosok ambu uleng dan Mbah Kakung yang berhubungan dengan romantika. Tapi inti dari Rindu di buku ini melebihi dari sekedar hubungan cinta antara laki-laki dan perempuan.
Bersetting di kapal laut BLITAR HOLLAND, kapal yang diperuntukan untuk mengantar Ibadah Haji oleh pemerintah Hindia Belanda ketika itu. Buku ini tidak hanya sedang menceritakan perjalanan haji. Tapi lebih besar lagi, buku ini sedang menceritakan perjalanan hidup dan pertanyaan-pertanyaan besar di dalamnya.
Berikut kutipan-kutipan yang saya rangkum dari buku ini.
“Setiap perjalanan selalu disertai oleh pertanyaan-pertanyaan…

Sayangnya, lazimnya sebuah pertanyaan, maka tidak otomatis selalu ada jawabannya. Terkadang, tidak ada jawabannya. Pun penjelasannya.” (Hlm. 222)
“Tapi kembali lagi ke soal taqdir tadi, mulailah menerimanya dengan lapang hati. Karena kita mau menerima atau menolaknya, dia tetep terjadi. Taqdir tidak pernah bertanya apa perasaan kita, apakah kita bahagia, apakah kita tidak suka. Taqdir bahkan basa basi menyapa pun tidak. Tidak peduli. Kabar baiknya, karena kita tidak bisa mengendalikan nya, bukan berarti kita menjadi mahkluk tidak berdaya. Kita tetap bisa mengendalikan diri sendiri bagaimana menyikapinya. Apakah bersedia menerima, atau malah mendustakannya.” (hlm 471)
“Perjalanan hidupmu boleh jadi jauh sekali. Hari demi hari, hanyalah pemberhentian kecil. Bulan demi bulan, itu pun sekadar pelabuhan sedang. Pun tahun demi tahun, mungkin bisa kita sebut dermaga transit besar. Tapi, itu semua sifatnya adalah pemberhentian. Dengan segera, kapal kita berangkat kembali, menuju tujuan yang paling hakiki. Maka jangan pernah merusak diri sendiri. Jangan rusak kapal kehidupan milikmu, hingga ia tiba di pelabuhan terakhirnya.” (Hlm. 284)
“Lihatlah seorang yang selalu pandai menjawab pertanyaan orang lain, tapi dia tidak pernah bisa menjawab pertanyaannya sendiri. Lihatlah seorang yang selalu punya kata bijak untuk orang lain, tapi dia tak pernah bisa bijak untuk dirinya sendiri. Sungguh boleh jadi dialah orang paling munafik…” (Hlm 316)
“Selalu menyakitkan saat kita membenci sesuatu. Apalagi jika itu ternyata membenci orang yang seharusnya kita sayangi. Ada orang-orang yang kita benci. Ada pula orang-orang yang kita sukai. Hilir mudik datang dalam kehidupan kita. Ketahuilah, Nak, saat kita memaafkan seseorang, itu bukan persoalan apakah orang itu salah dan kita benar. Apakah orang itu jahat atau tidak. Bukan itu. Tetapi kita memutuskan memaafkan seseorang karena kita berhak atas kedamaian dalam hati.” (hlm 372)
“Wahai laut yang temaram, apalah arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami? 
Wahai laut yang lengang, apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan? 
Wahai laut yang sunyi, apalah arti cinta, ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami tertunduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tak menuntut apa pun? 
Wahai laut yang gelap, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja.” (hlm 494)
“Perjalanan haji adalah perjalanan penuh kerinduan, Ambo. Berjuta orang pernah melakukannya. Dan besok lusa, berjuta orang lagi akan terus melakukannya. Menunaikan perintah agama sekaligus mencoba memahami kehidupan lewat cara terbaiknya.”
Novel yang menggugah, membaca novel ini membuat ghirah kemerdekaan sekaligus kerinduan akan tanah suci itu berdebam, menelusuri setiap relung hati, berdesir menghujami setiap aliran darah. Membaca novel ini saya dibuat menangis karena kerinduan, tersenyum akan banyak pemahaman baik, dan berdebar akan perjuangan. Novel yang mengesankan…
Secara keseluruhan novel ini bercerita tentang perjalanan haji dengan kapal laut di tahun 1937 an di mana perjalanan itu melahirkan lima pertanyaan besar dalam hidup, yang masing-masing dibawakan lima tokoh dengan masa lalu yang berbeda. Bonda Upe, dengan masa lalunya yang kelam. Daeng Andipati, dengan kebenciannya yang mendalam pada ayahnya. Mbah kakung, dengan kehilangan kekasih hati. Ambo Uleng, dengan melepaskan cinta sejati. Terakhir Gurutta Ahmad Karaeng, dengan pergumulan batinnya akan dakwahnya dan kemunafikan. Lima kisah, lima pertanyaan, dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan… menuju rumah Allah. Berlatar belakang tahun-tahun pergolakan dan perjuangan kemerdekaan…
Novel tere liye, selalu punya pesan pemahaman baik dalam prinsip-prinsip hidup. 

Rekomen buat dibaca untuk generasi muda yang lebih baik.
Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

Merayakan 1 Tahun Resign

Akhirnya tiba juga tanggal 10 februari, ini adalah momen dimana satu tahun lalu saya resign dari dapurbuku tempat saya bekerja. Sekaligus tanggal 10 ini adalah momen hari ulang tahun saya yang ke 27. Bagaimana rasanya tahun lalu, di hari ultah sekaligus dapet kejutan farewell perpisahan bareng atasan karena terakhir kerja? Menyenangkan, dan ada rasa haru yang dalam.

Setahun perjalanan, saya masih menjalani wirausaha, borongan dari proyek ke proyek, kadang dropshiper kadang layouter juga. Satu tahun ini proyek yang lumayan besar ada beberapa, pertama proyek pembuatan taman di Indocement, nilainya puluhan juta, dan yang kedua terbesar adalah proyek Pengecatan di Pusat Pengendali Satelit Telkomsel Cileungsi yang nilainya puluhan juta juga. Selain itu pernah juga di Kementrian Keuangan. Sejauh ini proyek yang paling sering digarap adalah proyek dari satu rumah ke rumah lain. Alhamdulillah, ada aja jalannya.

Apa tantangan berwirausaha? Selain tentang meraih hati klient tantangan wirausaha selanjutnya adalah menjaga kwalitas pekerjaan, tapi jauh dari semua itu tantangan berwirausaha yang paling mendasar adalah melawan diri sendiri. Yaap, melawan rasa malas, melawan moodyan, melawan pengen leliguran,melawan ketidak fokusan, dan lainnya yang berhubungan selfcontrol. Saya juga masih tahap belajar untuk hal itu. Sungguh itu godaan kawan. Alhamdulillah, berteman dengan teman-teman yang baik adalah selfcontrol yang manjur buat kita maju kedepan dan produktif.
Impian saya selanjutnya adalah membuat CV atau bendera atas nama sendiri, dan satu lagi, punya kantor sendiri, sejauh ini saya ngantor di kamar. Nyaman, tetapi selanjutnya saya ingin memberdayakan, baik kawan atau tetangga rumah yang belum bekerja. Yaap, itu impian saya. Menjadi berdaya dan memberdayakan orang-orang sekitar lingkungan tempat saya tinggal. Apa yang sudah saya capai? Usaha-usaha saya selama ini melibatkan orang yang belum bisa dibilang banyak, tapi sudah lumayan. Tukang-tukang yang bekerja walau freelance tetapi mereka merasa terbantukan dengan adanya pekerjaan. Dan yang paling saya membuat haru adalah Bang Udin, saudara saya yang jualan tutut, dari satu postingan Alhamdulillah sekarang penghasilan omsetnya sekitar 5 jutaan perbulan. Itu nilai yang besar, dan sekarang dia fokus jualan tutut mentah dan matang. Saya berucap banyak syukur untuk itu. Semua karena Allah, saya hanya sebagai wasilah.

Ke depan, saya ingin semakin berdaya dengan memberdayakan, harus bisa selesai dengan diri sendiri sehingga makin bisa manfaat buat orang banyak. Satu impian yang belum selesai adalah menikah, hm… Ini impian yang belum juga padam, hahahaha, doakan ya kawan.

Satu hal lagi yang belum saya lakukan adalah mengunjungi tempat kerja lama, dan ini kemungkinan minggu depan akan saya wujudi, kangen bocah-bocah anak bos, Syafiq, Hanna, Alifia, bocah-bocah itu yang dulu sering gangguin saya kerja, duhh kangen…. Sudah saya agendakan untuk mengunjungi mereka di minggu ini.

Duhh, ini tanggal 12 februari, tapi izinkan saya tetap merayakan 10 februari di pagi ini. Sampai bertemu lagi di postingan lainnya, cerita kehidupan yang biasa-biasa saja bukan?