Alunan surat Yasin oleh Syeikh Mishari Alfalasi menemani di sore ini. Suaranya menentramkan hati, menembus jasad-jasad yang haus akan ayat-ayat suci. Allah Kariem… Semua telah terjadi, terima kasih Ya Allah. Masih ingat ayat Alqur’an yang menerangkan bahwa ketika seorang anak Adam ditiupkan ruh, maka ditetapkan pula, maut, jodoh, dan segala takdirnya. Terima kasih Yaa Allah, karena saya sedang menjalani takdir saya sendiri. Di umur yang ke 27 tahun ini saya berencana menikah, dengan siapa? Ada satu sosok, namanya F, seorang perempuan yang barangkali memang belum bisa saya sebutkan namanya. Orang medan, makanya sering dipanggil butet. Sudah kerumah dan bahkan orang tua juga sudah saling bertemu. Tetapi, Allah adalah pembolak balik hati. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya di kisah ini. Tepatnya kami sedang memikirkan ulang semua, si F terakhir menghubungi saya, meminta izin untuk memblock semua akun medsos dan WA. Tentu saya izinkan, karena alasannya masuk akal, mencoba mencari ketenangan, dan supaya istikharahnya tidak condong ke perasaan. Begitu juga saya, bahkan hal ini sudah kami rumuskan jauh-jauh hari. Jangan sering ketemu, jangan saling bertukar pesan WA, ini sudah kami jalankan sebelumnya. Dan kali ini kami menjalaninya dengan lebih exstrem lagi, bahkan sampai block-blockan, terutama dia yang memblock akun medsos saya. Hehehee… Tidak mengapa, ini semua sudah menjadi proses yang memang Allah gariskan, saya sikapi dengan menerimanya.
Jodoh, maut atau apapun takdir yang sudah Allah gariskan pasti akan terjadi, entah dengan proses seperti apa dan bagaimana? Yang saya yakini sekaya, seexclusive atau sekuasa apapun seseorang tak akan mampu menghalang-halangi takdir yang memang Allah gariskan. Jadi diproses ini saya berusaha sekuat-kuatnya, seikhtiar-ikhtiarnya. Namun masalah hasil itu bukan wilayah saya. Saya gak kuasa atas hati seseorang, atau mungkin takdir yang Allah gariskan. Maka langkah selanjutnya yang saya akan lakukan adalah menjalani prosesnya. Hasilnya itu bukan kuasa saya. Wallahu’alam.
Apa yang akan saya lakukan?
Menerima takdir, kemudian mengevaluasi semua langkah yang memang sudah dijalani. Kalo berjodoh saya akan perjuangkan sepenuh hati, menjalani prosesnya yang memang sudah digariskan kepada saya. Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin, ikhlas seperti ikhlasnya bumi kepada sesuatu yang ada di atasnya.
Saya tidak mau terjebak sosok, dan ini semua sedang diistighfari, condong, bawa perasaan, ini sedang saya istighfari, sesuatu yang memang salah sekali, dasarnya bukan Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Sandarannya naluri perasaan yang belum tentu berada di jalan kebenaran. Maka proses ini saya terima, Alhamdulillah, apapun hasilnya Allah yang kuasa atas segala sesuatu. Saya terima semuanya, InshaAllah. Allah berikan yang terbaik, buat saya dan buat si F, InshaAllah. InshaAllah..
Kamis pagi, dibatas awal waktu dhuha.